AKTIVITAS ENZIM
AMILASE
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Santi Suminar 15543006
Nurhadiani 15543009
Melisa Nursuciani 15544013
Neng Siti Khotimah J. 15544016
Ilham Nurdiansyah 15543001
Arin Sri Nursifa 15543002Santi Suminar 15543006
Nurhadiani 15543009
Melisa Nursuciani 15544013
Neng Siti Khotimah J. 15544016
Kelas 3 – B
Program Studi Pendidikan Biologi
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Garut
Garut
2017
I.
Judul Praktikum
Aktivitas enzim amylase pada saliva (air ludah)
II.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
dan memahami proses pencernaan makanan dengan bantuan enzim.
2.
Untuk mengetahui
pengaruh temperature terhadap kerja enjim amylase.
III.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
yaitu :
·
Alat yang
digunakan yaitu :
·
Bahan yang
dibutuhkan yaitu :
IV.
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan.
2.
Mengumpulkan
saliva sebanyak 40 ml.
3.
Menyaring saliva
yang sudah terkumpul menggunakan kain
kassa.
4.
Menuangkan air
kedalam 3 buah gelas kimia masing-masing sebanyak 400 ml.
5.
Memanaskan dua
gelas kimia yang berisi air menggunakan bunsen spirtus, gelas kimia pertama
dipanaskan sampai suhu 36-37◦C dan gelas kimia yang ke dua sampai suhu >
70◦C.
6.
Memasukan
larutan amilum sebanyak 5ml ke dalam tabung reaksi sebanyak 6 buah.
7.
Memasukan
masing-masing 2 tabung reaksi kedalam 3 buah gelas kimia yang sudah dipanaskan
dan yang tidak dipanaskan.
8.
Mendiamkan
selama 10 menit.
9.
Memasukan saliva
yang telah disaring ke dalam tabung reaksi sebanyak 15 tetes.
10. Mencatat waktu pemasukannya.
11. Memasukan larutan iodium dan benedict sebanyak 2
tetes setiap interval 1 menit sampai terjadi titik akromatis.
12. Melakukan pengulangan sebanyak 20x.
13. Membandingkan hasil dari masing-masing tabung
percobaan
V.
Teori Dasar
Enzim adalah sekelompok protein yang
berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga
didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang
berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang
diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun
sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas
Enzim digolongkan menurut reaksi yang
diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya,
misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim
yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh
Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi
dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di
mana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah
1.
Oksidoreduktase
yaitu enzim yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi atau reduksi suatu bahan. Dalam
golongan ini terdapat 2 jenis enzim yang paling utama yaitu oksidase dan
dehidrogenase. Oksidase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi antara substrat
dengan molekul oksigen. Yang termasuk enzim oksidase adalah katalase,
peroksidase, tirosinase, dan asam askorbat oksidase. Dehidrogenase adalah enzim
yang aktif dalam pengambilan atom hidrogen dari substrat. Contohnya yaitu
suksinat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, dan laktat dehidrogenase.
2.
Transferase
yaitu enzim yang ikut serta dalam reaksi pemindahan (transfer) suatu radikal
atau gugus. Enzim yang termasuk dalam golongan ini adalah transglikosidase,
transfosforilase, transaminase, dan transasetilase.
3.
Hidrolase yaitu enzim
yang sangat penting dalam pengolahan pangan, yaitu enzim yang mengkatalisis
reaksi hidrolisis suatu substrat atau pemecahan substrat dengan pertolongan
molekul air. Enzim yang termasuk kedalam golongan ini adalah lipase yang
menghidrolisis ikatan ester pada lemak alami menjadi gliserol dan asam lemak,
glikosidase menghidrolisis ikatan glikosida dan sebagainya. Disamping itu masih
banyak lagi yang termasuk enzim hidrolase, diantaranya karboksil esterase,
pektin metal esterase, selulase, β-amilase, α-amilase dan invertase.
4.
Liase yaitu enzim
yang aktif dalam pemecahan ikatan C-C dan ikatan C-O dengan tidak menggunakan
melekul air. Yang termasuk dalam golongan enzim ini adalah enzim
dekarboksilase.
5.
Isomerase yaitu enzim
yang mengkatalisis reaksi perubahan konfigurasi molekul substrat, sehingga
dihasilkan molekul baru yang merupakan isomer dari substrat, atau dengan
perubahan isomer posisi. Yang termasuk dalam golongan ini adalah enzim
fosfoheksosa isomerise atau fosfomanosa isomerase.
6.
Ligase yaitu enzim
yang mengakatlisis pembentukan ikatan - ikatan tertentu, misalnya pembentukan
ikatan C-O, C-C, dan C-S dalam biosintesis ko-enzim A serta pembentukan ikatan
C-N dalam sintesis glutamin
Dalam
mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim,
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah
suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah
enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat
kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik
dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang
disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian
yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang
diubah atau direaksikan oleh enzim
Enzim meningkatkan laju sehingga
terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan
kesetimbangan, istilah pereaksi dan produktidaklah pasti dan bergantung pada
pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak
mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran
enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan
senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
Sebagai mana protein pada umumnya,
molekul enzim juga mempunyai struktur tiga dimensi. Diantaranya jenis-jenis
struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung fungsi enzim sebagai
biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, diperlukan suhu dan
pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi, enzim akan
kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002).Secara dingkat, sifat-sifat
enzim tersebut antara lain
1. Berfungsi sebagi biokatalisator
2. Merupakan suatu protein
3. Bersifat khusus atau spesifik
4. Merupakan suatu koloid
5. Jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. Tidak tahan panas
Fungsi enzim sebagai katalis untuk
reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja
secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108
sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim
bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju
reaksi meningkat.
Enzim-enzim hingga kini diketahui
berupoa molekul-molekul besar yang berat molekulnya ribuan. Karena enzim
tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu koloid Beberapa enzim,
diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat menjadi hasil akhir dan
sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi substrat jika kondisi
lingkungan berubah. Contohnya adalah enzimenzim dari golongan protease dan
urase serta beberapa jenis enzim lainnya.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik
pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan
menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin,
rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury,
1995).Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya
saja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim
akan menjadi non aktif pada suhu 50o C.
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur
tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga substrat tidak lagi dapat terikat dengannya.
Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya lagi
sebagai biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini bersifat tidak terbalikan
atau permanen
·
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah:
- Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
- pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
- Konsentrasi
enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi
yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu
konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.4. konsentrasi substrat hasil eksperimen menunjukkan bahwa
dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada
batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupun konsenrasi substrat
diperbesar.
- Zat-zat penghambat
- Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan
berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami
hambatan.Dalam banyak sistem akibat suhu tes reaksi enzim adalah mirip dengan
tabiat bahwa laju reaksi meningkat dengan kenaikan suhu dan akhirnya enzim
kehilangan semua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat panas. Banyk enzim
berfungsi optimal dalam batas-batas suhu antara 25-370C. Akibat dari pH
terhadap suatu reaksi enzim menjadi rumit oleh beberapa factor yang dapat
saling bersaing.
VI.
Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan
aktivitas enzim amylase pada suhu normal (24°C) setelah ditambahkan reagen lugol
dan reagen benedict.
Waktu
|
Perubahan Warna
|
|
Reagen Lugol
|
Reagen Benedict
|
|
1 menit ke-1
|
++
|
++
|
1 menit ke-2
|
++
|
++
|
1 menit ke-3
|
++
|
+
|
1 menit ke-4
|
+++
|
+
|
1 menit ke-5
|
+++
|
+
|
1 menit ke-6
|
++
|
+
|
1 menit ke-7
|
++
|
+
|
1 menit ke-8
|
++
|
+
|
1 menit ke-9
|
++
|
+
|
1 menit ke-10
|
++
|
+
|
1 menit ke-11
|
++
|
+
|
1 menit ke-12
|
++
|
+
|
1 menit ke-13
|
++
|
+
|
1 menit ke-14
|
++
|
+
|
1 menit ke-15
|
+
|
+
|
1 menit ke-16
|
+
|
+
|
1 menit ke-17
|
+
|
+
|
1 menit ke-18
|
+
|
+
|
1 menit ke-19
|
+
|
+
|
1 menit ke-20
|
+
|
+
|
Keterangan:
+ :
Kurang Pekat
++ :
Pekat
+++ : Pekat
Sekali
*Pada larutan yang ditetesi reagen benedict berubah
menjadi warna biru, sedangkan pada larutan yang ditetesi reagen lugol berubah
menjadi warna ungu.
Gambar pengujian aktivitas enzim amilase pada suhu
normal menit ke-2
Gambar pengujian aktivitas enzim amilase pada suhu
normal setelah didiamkan
2. Table pengamatan
aktivitas enzim amylase pada suhu 36°C - 37°C setelah ditambahkan larutan
iodium dan larutan benedict.
No.
|
Waktu (menit)
|
Perubahan
|
|
Reagen iodium
|
Reagen
benedict
|
||
1
|
11
|
Putih −
Berwarna putih
terdapat warna ungu dan kuning.
|
Putih −
Berwarna putih
terdapat warna biru pudar dibagian bawah tabung
|
2
|
12
|
Ungu +
Berwarna ungu,
terdapat endapan putih di bawah, dan diatas berwarna kuning
|
Putih −
Berwarna putih
terdapat warna biru pudar dibagian bawah tabung
|
3
|
13
|
Ungu ++
Berwarna ungu
pekat, terdapat endapan putih di bawah
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
4
|
14
|
Ungu ++
Berwarna ungu
pekat, terdapat endapan putih di bawah
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
5
|
15
|
Ungu +
Berwarna ungu
pekat, terdapat endapan putih di bawah, dan diatas berwarna kuning
kecoklatan.
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
6
|
16
|
Ungu +
Berwarna ungu
pekat, terdapat endapan putih di bawah, dan diatas berwarna kuning
kecoklatan.
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
7
|
17
|
Ungu ++
Berwarna ungu
pekat, terdapat endapan putih di bawah
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
8
|
18
|
Ungu ++
Berwarna ungu pekat,
terdapat endapan putih di bawah
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
9
|
19
|
Ungu +++
Seluruh
larutan berwarna ungu pekat
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
10
|
110
|
Ungu ++
Bagian atas
berwarna berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu
pekat
|
Biru + +
Berwarna biru
dan terdapat endapan putih dibagian bawah tabung
|
11
|
111
|
Ungu ++
Bagian atas
berwarna berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu
pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
12
|
112
|
Ungu +++
Seluruh
larutan berwarna ungu pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
13
|
113
|
Ungu ++
Bagian atas
berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
14
|
114
|
Ungu ++
Bagian atas
berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
15
|
115
|
Ungu ++
Bagian atas
berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
16
|
116
|
Ungu +++
Seluruh
larutan berwarna ungu pekat
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
17
|
117
|
Ungu ++++
Seluruh
larutan berwarna Ungu tidak pekat (coklat)
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
18
|
118
|
Ungu ++++
Seluruh
larutan berwarna Ungu tidak pekat (coklat)
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
19
|
119
|
Ungu ++++
Seluruh
larutan berwarna Ungu tidak pekat (coklat)
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
20
|
120
|
Ungu ++++
Seluruh
larutan berwarna Ungu tidak pekat (coklat)
|
Biru +++
Berwarna biru
pekat, tidak ada endapan
|
*Pada larutan yang ditetesi reagen benedict berubah
menjadi warna biru, sedangkan pada larutan yang ditetesi reagen lugol berubah
menjadi warna ungu.
3. Table pengamatan
aktivitas enzim amylase pada suhu tinggi ( >70°C ) setelah ditambahkan
Reagen lugol dan Reagen benedict.
WAKTU
|
PERUBAHAN WARNA
|
|
Reagen benedict
|
Reagen lugol
|
|
1 menit
|
Biru ++
|
Ungu ++
|
2 menit
|
Biru +
|
Ungu +
|
3 menit
|
Biru +
|
-
|
4 menit
|
Biru telor asin +
|
|
5 menit
|
Hijau muda +
|
|
6 menit
|
Hijau muda ++
|
|
7 menit
|
Hijau muda +++
|
|
8 menit
|
Hijau muda ++++
|
|
9 menit
|
Hijau muda ++++
|
|
10 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
11 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
12 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
13 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
14 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
15 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
16 menit
|
Hijau muda +++++
|
|
17 menit
|
Hijau muda ++++++
|
|
18 menit
|
Hijau muda ++++++
|
|
19 menit
|
Hijau muda ++++++
|
|
20 menit
|
Hijau muda +++++++
|
Keterangan:
- :
akromatis
+ :
tidak pekat
++ :
kurang pekat
+++ : cukup
pekat
++++ : pekat
+++++ : pekat
sekali
Gambar larutan amilum yang sudah mencapai titik akromatis dengan menggunakan reagen lugol
Gambar pengujian menggunakan reagen benedict
VII.
Pembahasan
Praktikum uji enzim amilase ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati
aktivitas enzim amilase memecah pati dalam persatuan waktu dengan indikator
titik akromatis dan pengaruh suhu pada aktivitas enzim amilase. Enzim amilase
berfungsi dalam membantu proses pencernaan makanan secawa kimiawi yaitu memecah
gula kompleks menjadi gula sederhana. Enzim amilase salah satunya terdapat pada
air liur manusia yang juga merupakan awal proses pencernaan. Pada uji ini
dilakukan tiga perlakuan dengan penempatan pada suhu yang berbeda-beda yaitu
pada suhu normal (20º - 24ºC), suhu diatur (36º - 37ºC) dan suhu panas
(>70ºC) dengan menggunakan reagen lugol dan benedict.
Fungsi pemberian reagen lugol yaitu
untuk mengetahui kandungan karbohidrat atau pati ditandai dengan perubahan
warna menjadi ungu sampai ungu kehitam-hitaman. Sedangkan, pemberian reagen
benedict berfungsi untuk mengetahui kandungan gula pereduksi yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi biru sampai hijau pekat.
A. Pengamatan pada
suhu normal (20º - 24ºC)
Pada pengujian ini tidak dilakukan
pemanasan larutan amilum. Berdasarkan hasil pengamatan, tabung pertama yang
ditetesi reagen lugol terjadi perubahan warna dari warna putih menjadi warna
ungu pekat pada menit pertama. Dapat diartikan bahwa larutan amilum mengandung
pati yang cukup banyak.
Perubahan menjadi warna ungu pekat itu
berlangsung sampai menit ketiga. Pada menit ke empat sampai menit kelima
terjadi perubahan warna dari ungu pekat menjadi ungu sangat pekat. Setelah itu
pada menit ke enam sampai menit ke dua puluh, warna nya menjadi ungu kurang
pekat. Warna tersebut disebabkan karena gula sederhana tidak memberi warna ungu
amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah mengalami hidrolisis
tetapi belum mencapai titik akromatis karena masih memberikan warna ungu kurang
pekat.
Pada tabung kedua ditetesi reagen
benedict, terjadi perubahan warna dari putih menjadi biru pekat pada menit
pertama dan kedua. Dapat diartikan bahwa larutan amilum mengandung gula
pereduksi yang cukup banyak. Selanjutnya, pada menit ketiga sampai ke dua puluh
terjadi perubahan warna dari biru pekat menjadi biru kurang pekat. Hal tersebut
diakibatkan oleh gula pereduksi yang sudah terhidrolisis tetapi belum mencapai
titik akromatis.
Kemampuan enzim amilase untuk
menghidrolisi substrat tergantung pada jenis pati matang atau pati mentah. Pada
percobaan ini, kami menggunakan pati mentah dan akuades. Pada umumnya, pati
mentah itu lebih lama untuk terhidrolisis dari pada pati matang.
B. Pengamtan Pada Suhu 36°C - 37°C
Pada suhu 36°C - 37°C keadaan larutan amilum yang berwarna putih, setelah
di diamkan selama 10 menit kemudian ditetesi dengan saliva 15 ml warnanya
menjadi putih susu setelah ditetesi Reagen
benedict pada menit pertama dan ke-2 warnanya menjadi putih serta terdapat
warna biru pudar dibagian bawah tabung. Pada menit ke-3 sampai menit ke-10
setelah ditetesi lagi Reagen benedict 2 tetes warnanya menjadi biru dan
terdapat endapan putih dibagian bawah tabung. Pada menit ke-11 sampai
ke-20 setelah ditetesi lagi Reagen benedict
2 tetes warnanya menjadi biru pekat dan tidak ada endapan. Perubahan warna
tersebut dapat diartikan bahwa larutan amilum mengandung gula pereduksi yang
cukup banyak. Setelah pengulangan 20X larutan amilum tidak kembali ke warna
semula hal ini terjadi karena gula tereduksi yang sudah terhidrolisis tetapi
belum mencapai titik akromatis karena masih dapat menunjukan perubahan warna
Sedangkan larutan amilum 5 ml yang
ditetesi air ludah 15 tetes dan diberi Reagen lugol 2 tetes setelah 1 menit,
pada menit pertama berwarna putih serta terdapat warna ungu dan kuning. Pada
menit ke-2 Berwarna ungu, terdapat endapan putih di bawah, dan diatas berwarna
kuning. Pada menit k-3 dan ke-4 larutan berwarna ungu pekat serta terdapat
endapan putih di bawah. Pada menit ke-5 dan ke-6 berwarna ungu pekat, terdapat
endapan putih di bawah, dan diatas berwarna kuning kecoklatan. Pada menit ke-7
dan ke-8 larutan berwarna ungu pekat serta terdapat endapan putih di bawah.
Pada menit ke-9 Seluruh larutan berwarna ungu pekat.
Pada menit ke-10 dan ke-11 larutan Bagian
atas berwarna berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian bawah berwarna ungu
pekat. Pada menit ke-12 Seluruh larutan berwarna ungu pekat. Menit ke-13 sampai
menit ke-15 larutan Bagian atas berwarna hitam (ungu pekat sekali) dan bagian
bawah berwarna ungu pekat. Pada menit ke-16 Seluruh larutan berwarna ungu
pekat. Dan pada menit ke-17 sampai menit ke-20 Seluruh larutan berwarna Ungu
tidak pekat (coklat). Warna tersebut disebabkan karena gula sederhana tidak
memberi warna ungu amilum yang berikatan dengan iod sehingga warna ungu telah
mengalami hidrolisis tetapi belum mencapai titik akromatis karena warnanya
tidak kembali ke warna semula.
Setelah dilakukan pengulangan sampai 20
kali pada larutan benedict maupun larutan iodium tidak mengalami achromatis.
Ini menunjukan bahwa enzim tidak dapat bekerja secara baik dan optimal.
Percobaan ini menghasilkan hasil yang
tidak biasa. Seharusnya, pada suhu 36-37˚C perubahan warnanya menjadi bening
yang disebut titik akromatik tetapi larutannya berwarna Ungu tidak pekat
(coklat) dan Berwarna biru pekat, ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yaitu
suhu yang turun naik dan jumlah benedick serta jumlah iodium yang diteteskan
sehingga hasil percobaan ini tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
C. Pengamatan Pada Suhu Tinggi (>70°C )
Pada suhu tinggi (>70°C )
keadaan larutan amilum yang berwarna
putih, setelah di diamkan selama 10 menit kemudian ditetesi dengan saliva dan
larutan lugol pada menit perama warnanya berubah menjadi ungu pekat, setelah
itu pada menit ke dua ditetesi kembali larutan lugol barubah kembali ke warna
menjadi putih tau warna semula sehingga waktu yang dibutuhkan dari percobaan
aktivitas enzim pada suhu >700 hingga
warna ungu hilang adalah 2 menit, maka sesungguhnya waktu yang dipergunakan
oleh enzim amilase untuk mengkatalis terletak pada menit pertama sampai menit
kedua
Pada menit kedua tidak terjadi perubahan
warna sekalipun sudah ditetesi pereaksi lugol. Warna tersebut terbentuk
disebabkan karena molekulnya sudah kecil dan maltosa tidak memberi warna ungu
amilum yang berikatan dengan lugol sehingga warna ungu telah mengalami proses
hidrolisis. Proses hidrolisis dianggap selesai jika telah mencapai titik akromatik, yaitu waktu ketika pereaksi lugol sudah tidak lagi
menunjukan perubahan warna.
Sedangkan larutan amilum yang diberi
reagen benedict Pada menit pertama terjadi perubahan warna menjadi biru pekat. Pada
menit kedua dan ketiga warna biru mulai memudar dan tidak lagi pekat karena
biuret mulai bereaksi mengikat enzim selanjutnya pada menit keempat terjadi
perubahan warna dari biru kurang pekat menjadi biru telur asin
Pada menit kelima terjadi perubahan
warna yang cukup signifikan dari warna biru telur asin menjadi warna hijau muda
+ , begitupun terjadi perubahan warna pada menit keenam menjadi hijau muda ++ ,
menit ketujuh hijau muda +++ , menit kedelapan hijau muda ++++ dan menit
kesembilan hijau ++++. Hal ini terjadi karena gula tereduksi yang sudah
terhidrolisis tetapi belum mencapai titik akromatis karena masih dapat
menunjukan perubahan warna pada menit kesepuluh sampai seterusnya menit kedua
puluh.
Karena masih tidak terjadi titik
akromasi pada menit kedua puluh maka kami cukup mengambil sampel pada percobaan
20 kali pengulangan. Hal ini terjadi karena aktivitas enzim pada suhu >700
tidak optimum
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan maka praktikan mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Makanan yang
mengandung karbohidrat terumata pati akan dicerna secara kimiawi dengan bantuan
saliva (air ludah) karena saliva (air ludah) mengandung enzim yaitu enzim
amylase. Fungsi enzim amylase yaitu untuk memecah molekul karbohidrat menjadi
molekul yang lebih sederhana seperti fruktosa,
maltosa, glukosa dan dekstrin, agar dapat diserap oleh tubuh.
2.
Aktivitas enzim
amilase (saliva) dipengaruhi oleh suhu dilihat dari perubahan warna.
·
Pada suhu normal
(20º - 24ºC) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol setelah
dilakukan pengulangan 20X warnanya berubah menjadi unggu kurang pekat,
sedangkan yang ditetesi dengan reagen benedict warnanya berubah menjadi biru
kurang pekat, menandakan aktivitas enzim amylase belum mencapai titik
akromatis.
·
Pada suhu diatur
(36°C - 37°C) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol setelah
dilakukan pengulangan 20X warnanya berubah menjadi ungu kurang pekat, sedangkan
yang ditetesi dengan reagen benedict warnanya berubah menjadi biru pekat,
menandakan aktivitas enzim amylase belum mencapai titik akromatis.
·
Pada suhu tinggi
( >700 ) aktivitas enzim amylase yang ditetesi reagen lugol
mengalami perubahan warna menjadi warna semula setelah pengulangan 2x
menandakan bahwa larutan amilum telah mencapai titik akromatik, sedangkan yang ditetesi reagen benedict mengalami
perubahan warna selama 20x pengulangan menjadi hijau sangat pekat menandakan
larutan amilum belum mencapai titik akromatis.
DAFTAR PUSTKA
Ramdhani, C. Suci.
2016. Laporan Praktikum Biokimia Bab X Enzim Pencernaan I. [online] tersedia http://www.academia.edu/26421644/Hidrolisis_Pati_oleh_Amilase_Air_Liur. Diunduh pada tanggal 10 November 2017 pukul 20:01
WIB.
Pravitri, Kartika
Gemma. 2015. Laporan Praktikum Pengujian Enzim. [online] tersedia http://tikagpravitri.blogspot.co.id/2015/09/pengujian-enzim.html?m=1. Diunduh pada tanggal 10 November 2017 pukul 19:40
WIB.
(online) tersedia di [http://www.pintarbiologi.com/2014/12/klasifikasi-enzim.html] diunduh pada tanggal 11 november 2017 pukul 08.20
WIB.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar