Sabtu, 09 Desember 2017

Konsumsi Oksigen pada Jangkrik




KONSUMSI OKSIGEN PADA JANGKRIK
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.

Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Ilham Nurdiansyah                  15543001 
Arin Sri Nursifa                       15543002 
Santi Suminar                          15543006 
Nurhadiani                               15543009 
Melisa Nursuciani                    15544013 
Neng Siti Khotimah J.             15544016
Kelas 3 – B




Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Garut

2017





I.            JUDUL
Konsumsi oksigen (O2) pada hewan jangkrik

II.            TUJUAN

  •  Untuk mengukur banyaknya konsumsi oksigen pada jangkrik 
  • Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi didalam respirasi  
  • Untuk mengetahui hubungan antar kecepatan  respirasi pada hewan dengan  kecepatan metabolismenya 


III.            DASAR TEORI
Respirasi adalah suatu proses katabolisme, yaitu proses pembebasan energi kimia yang diperoleh dari pemecahan senyawa organik  menjadi dan O yang terkandung dalam senyawa organic pada sel hidup yang berguna untuk berbagai aktivitas tubuh. Pernapasan atau respirasi dapat juga dikatakan proses pertukaran gas yang berasal dari makhluk hidup dengan gas yang ada di lingkungannya, maksudnya adalah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Untuk hewan yang  berukuran kecil, misalnya pada serangga, pertukaran gas dilakukan dengan menggunakan trakea,  sehingga disebut sistem pembuluh trakea. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP


Respirasi pada Serangga
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trakea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang ,masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam sistem ini tidak membutuhkan bantuan sistem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigma, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.

Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Laju konsumsi oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander.

Penggunaan masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi oksigennya. Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba.




IV.            ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum konsumsi oksigen pada jangkrik yaitu :



V.            LANGKAH KERJA
Adapun langkah kerja dalam praktikum konsumsi oksigen pada jangkrik yaitu sebagai berikut : 
1.  Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum konsumsi oksigen pada jangkrik

2. Dibungkus Kristal KOH dengan menggunakan kapas, kemudian memasukannya kedalam tabung respirometer.
3.  Ditimbang jangkrik yang sama ukurannya (beratnya) jenis kelaminnya berbeda dan ditimbang jangkrik yang ukurannya (beratnya) berbeda jenis kelaminnya sama.
4.  Dimasukan jangkrik yang sama ukuran namun sama jenis dan sudah ditimbang terlebih dahulu ke dalam tabung respiromrter.
5.  Diletakan respirometer sederhana ditempat yang datatr, atau dimeja paktikum dan menutup tabung respirometer kemudian menyambungkan penutupnya.
6.  Diberikan vaselin pada penutup pada resppiromrter agar tidak ada udara yang masuk.
7.  Diteteskan larutan eosin (methilen blue ) secukupnya pada ujung pipa berskala dengan menggunakan jarum.
8.  Kemudian dihitung pergerakannya samapi waktu yang telah ditentukan (setiap 5 menit sekali dan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali).
9.  Diulang cara kerja di atas pada kedua kelompok jangkrik tersebut.
10.  Dicatat hasil pengamatan dalam bentuk table.

VI.            DATA PENGAMATAN
1.      Jangkrik yang berukuran sama, jenis kelamin berbeda
a.       Jangkrik jantan

b.       Jangkrik betina
Diketahui :
Ø  Massa tabung = 21,15 gram
·         Massa tabung + jangkrik = 21,58 gram
·         Berat jangkrik = massa tabung & jangkrik - massa tabung
                         = 21,58 gram - 21,15 gram
                        = 0,43 gram
Jadi berat jangkrik betina yaitu 0,43 gram 

Konsumsi oksigen = ml / menit / gram
                                 = 0,00167 ml / 5 menit / 0,43 gram
                                 = 0,0007767 ml/menit/gram
                                 = 7,767 x 10-4 ml/menit/gram
Jadi konsumsi oksigen jangkrik betina dalam 0,43 gram tubuh jangkrik selama 5 menit adalah 0,0007767 ml



2.      Jangkrik yang berukuran berbeda, jenis kelamin sama
a.       Jangkrik berukuran besar

Jangkrik betina yang memiliki ukuran tubuh lebih besar mempunyai berat badan sebesar 0.41 gram.

Keterangan :
1 garis pada respirometer sederhana = 0.01 mL
Konsumsi oksigen dalam 1 gram selama 1 menit yaitu :
= 0.19 mL/5 menit/0.41 gram
= 0.09 mL/menit/gram
Jadi, jangkrik betina mengonsumsi oksigen sebanyak 0.09 mL/menit/gram

b.       Jangkrik berukuran kecil
Berat tabung = 21.16 gr
Berat tabung + berat jangkrik = 21.46 gr

Keterangan :
1 garis pada respirometer sederhana = 0.01 mL
Konsumsi oksigen dalam 1 gram selama 5 menit yaitu :
= 0.31 mL/5 menit/0.30 gram
= 0.20 mL/menit/gram


VII.            PEMBAHASAN
Untuk mengetahui konsumsi oksigen pada jangkrik dapat diuji menggunakan respirometer sederhana dengan bantuan KOH dan methylene blue. Penambahan KOH pada percobaan ini berfungsi untuk mengikat CO2 (karbondioksida) yang dihembuskan oleh jangkrik yang berada di dalam respirometer sederhana sehingga tekanan dalam tabung dapat diukur. Sedangkan penambahan methylene blue berfungsi untuk mengetahui laju volume respirasi atau kadar oksigen yang dikonsumsi oleh jangkrik.
Karena jangkrik yang ada dalam tabung atau boto respirometer hanya menkonsumsi O2  yang ada dalam pipa, cairan metylen blue perlahan-lahan akan maju sesuai dengan pengambilan O2  yang dilakukan jangkrik sehingga menunjukan skalanya. Dengan melihat skala pada pipa respirometer. Volume dihitung berdasarkan selisih posisi awal metylen blue dengan posisi terakhir metylen blue pada pipa berskala dan dihitung per satuan waktu (menit).
Sedangkan hasil respirasi CO2 yang dikeluarkan oleh jangkrik, diikat oleh KOH yang disimpan di dalam tabung tersebut bersamaan dengan jangkrik yang diuji. Fungsi dari kristal KOH pada percobaan ini yaitu sebagai pengikat CO2  agar tekanan dalam respirometer menurun.
1.      Jangkrik yang berukuran sama dengan jenis kelamin berbeda
a.       Jangkrik jantan
Pada pengamatan jangkrik jantan di 5 menit pertama jangkrik jantan aktif bergerak didalam tabung sehingga jangkrik tersebut dapat menghirup oksigen banyak yaitu 0,13 ml. sedangkan di 5 menit ke dua jangkrik bergerak lambat bahkan jarang bergerak sehingga konsumsi oksigennya juga menurun yaitu hanya menghirup 0,005 ml oksigen yang dihirup.  Pada 5 menit ke tiga atau 5 menit terakhir jangkrik jantan tidak mlakukan aktifitas apapun jangkrik tersebut hanya diam sehingga tidak mengkonsumsi oksigen. Berdasarkan tabel hasil pengamatan rata-rata konsumsi volume oksigen yang dibutuhkan jangkrik jantan selama 5 menit dalam 0,47 gram berat tubuhnya adalah 0.019 ml.
b.   Jangkrik betina

Pada saat jangkrik di timbang jangkrik katif bergerak tapi setelah di masukan kedalam tabung respirasi sederhana, jangkrik pasif bergerak itu terjadi karena jangkrik mengalami steres serta aktif beraktivitas sebelum dimasukan ke dalam tabung sehingga jangkrik hanya mengkonsumsi oksigen pada 5 menit pertama yaitu sebanyak 0,005 ml. sedangkan pada 5 menit ke-dua dan ke-tiga jangkrik tidak mengkonsumsi oksigen (O2).

Pada pengamatan jangkrik betina dengan berat 0,43 gram diamati dari 5 menit pertama sampai 5 menit ketiga didapatkan bahwa rata-rata volume oksigen (O2) yang dikonsumsi sebesar 0,0007767 ml lebih kecil dari pada konsumsi jangkrik jantan karena jangkrik betina pada saat praktikum dalam keadaan lemah dan pada saat didalam tabung respirasi sederhana jangkrik tidak bergerak sama sekali sehingga jangkrik betina mengkonsumsi oksigen sedikit. 

Pada pengamatan pertama terlihat bahwa jangkrik jantan lebih banyak mengkonsumsi oksigen (O2) untuk proses respirasi dari pada jangkrik betina dan proses metabolisme serta ukuran jangkrik jantan yang lebih besar dari ukuran betina dapat mempengaruhi dalam proses respirasi dan proses metabolism. 
2.   Jangkrik yang berukuran berbeda dengan jenis kelamin sama
a.   Jangkrik berukuran besar 
Sebelum jangkrik betina yang lebih besar dimasukan ke dalam tabung respirometer sederhana, keadaan jangkrik normal dan segar dilihat dari tubuhnya yang aktif bergerak. Ketika sudah dimasukan ke dalam tabung respirometer sederhana, pada lima menit pertama respirasi jangkrik masih stabil dengan konsumsi oksigen yang digunakan cukup banyak yaitu 0.35 mL karena jangkrik bergerak dengan sangat aktif sehingga membutuhkan konsumsi oksigen yang lebih banyak. Pada menit kedua respirasi jangkrik mulai sedikit melemah dan konsumsi oksigen yang digunakan sebanyak 0.13 mL, kondisi jangkrik terlihat sedikit kelelahan dan tidak terlalu banyak bergerak. Sedangkan pada lima menit ketiga konsumsi oksigen yang digunakan semakin berkurang menjadi 0.10 mL, kondisi jangkrik terlihat lelah dan aktivitas di dalam tabung lebih banyak diam.
b.   Jangkrik berukuran kecil
Pada pengamatan jangkrik betina yang berukuran lebih kecil pada 5 menit pertama melakukan aktivitas yang sangat aktif sehingga menghirup oksigen yang banyak pula yaitu skala yang ditunjukan pada respirometer sederhana adalah 0,68 ml. sedangkan pada 5 menit ke duagerakan jangkrik menurun yang mengakibatkan konsumsi oksigennya menjadi 0,21 ml. dan pada 5 menit ke tiga skala respirometer sederhana adalah 0,06. Penurunan tersebut terjadi karena aktivitas yang dilakukan semakin lama semakin menurun serta jangrik yang telah lelah dan tidak mendapatkan makanan. 

Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas pada data pengamatan, jumlah oksigen yang di konsumsi oleh jangkrik betina yang ukurannya kecil adalah 0.20 mL/menit/gram lebih besar dari jangkrik yang ukurannya lebih besar. Hal ini dikarenakan jangkrik yg ukurannya lebih kecil lebih aktif bergerak sehingga proses pernafasannnya lebih cepat, sehingga ketika karbondioksida dikeluarkan lalu diikat maka terjadi penyusutan udara , seberapa cepat penyusutan udara dapat dilihat dari pergerakan larutan metilen blue pada pipa skala.


VIII. KESIMPULAN 
1. Banyaknya konsumsi oksigen pada belalang
     a. Jangkrik yang berukuran sama dengan jenis kelamin berbeda
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, konsumsi oksigen pada jangkrik jantan lebih banyak daripada konsumsi oksigen pada jangkrik betina karena aktivitas jangkrik jantan lebih tinggi daripada jangkrik betina. Adapun jumlah konsumsi oksigen pada jangkrik jantan sebesar 0.019 mL/menit/gram ml sedangkan pada jangkrik betina sebesar 0,0007767 mL/menit/gram. 
    b.Jangkrik yang berukuran berbeda dengan jenis kelamin sama
Jangkrik yang berukuran lebih kecil mengonsumsi oksigen lebih banyak daripada jangkrik yang berukuran lebih besar yaitu jangkrik yang berukuran lebih kecil mengonsumsi oksigen sebesar 0.20 mL/menit/gram sedangkan jangkrik yang berukuran lebih besar mengonsumsi oksigen sebesar 0.09 mL/menit/gram.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi respirasi
Kadar O2  bila kadar oksigen rendah maka frekuensi resirasi akan meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen
Aktivitas, makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya
Gerakan anggota tubuh yang memakan banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan tubuh, emosi, rasa sakit dan takut juga mempengaruhi laju respirasi
Oksigen yang tersedia, usia, berat badan, posisi tubuh, aktifitas, kondisi tubuh, suhu, jenis kelamin dan tekanan darah.    
3. Hubungan antar kecepatan respirasi pada hewan dengan kecepatan metabolismenya. Kecepatan respirasi juga sangat dipengaruhi oleh laju metabolisme tubuh jangkrik, semakin cepat laju metabolisme suatu hewan maka semakin cepat penggunaan oksigen oleh jangkrik. Semakin lambat laju metabolisme maka semakin lambat pula penggunaan oksigennya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN KULIAH LAPANGAN FISIOLOGI HEWAN (KONTRAKSI OTOT JANTUNG)

KONTRAKSI OTOT JANTUNG LAPORAN KULIAH LAPANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang di...