Sabtu, 20 Januari 2018

LAPORAN KULIAH LAPANGAN FISIOLOGI HEWAN ( SISTEM SARAF PADA KATAK )

SISTEM SARAF PADA KATAK
LAPORAN KULIAH LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Ilham Nurdiansyah                  15543001
Arin Sri Nursifa                       15543002
Santi Suminar                          15543006
Nurhadiani                               15543009
Melisa Nursuciani                    15544013
Neng Siti Khotimah J.             15544016
Kelas 3 – B



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU TERAPAN
INSTITUT PENDIDIKAN IDONESIA (IPI)
GARUT
2018


I.                 Judul Praktikum
Sistem Saraf pada Katak Rana esculenta

II.              Pelaksanaan Praktikum
Hari/Tanggal    : Senin/15 Januari 2018
Waktu              : 11:00 s.d. 13:25 WIB
Tempat            : Laboratorium Fisiologi Hewan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

III.           Tujuan
Mempelajari refleks normal dan spinal pada katak Rana esculenta

IV.           Dasar Teori
Tiap bagian susunan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang (fasilitasi) atau menghambat (inhibisi) bagian-bagian tertentu dari otak dan selanjutnya mengamati reaksi-reaksi yang timbul,dapat diambil kesimpulan yang tepat mengenai fungsi bagian-bagian tersebut. Apabila bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui beberapa saraf asesoris menuju kebeberapa saraf eferen dan lebih dari satu efektor. Jadi apabila saraf aferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi.
Lintasan implus saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung reflex. Apabila suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energy rangsangan menjadi energy elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan impuls saraf ini tidak di amatai dengan mata seperti kontaksi otot (Nukmal, Nismah, 2012:14). Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai sebuah akar dorsal dan ventral yang kemudian bersatu membantu saraf spinal dan akar dorsal ini terutama sensori, Sedangkan akar ventral motoris,tidak jauh sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnyha akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah rumus dorsal mensuplai otot efaksial dan kulit punggung. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengotrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan peristaltic dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron postganglionic yang menuju ke efektoknya.
Sel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor. Hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf ke sel sara reflekasi terjadi lewat suatu lintasan tertentu disebut lengkung reflex,dengan komponen reseptor,neuron sensorik,neuron penghubung (didalam otak dan medulla spinalis), neuron motoric dan efektor . sebagian besar merupakan reflek yang rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.
Fungsi utama sistem saraf adalah :
1.      Untuk mendeteksi, menganalisa, menggunakan,dan menghantarkan semua informasi yang ditumbulkan oleh rangsangan sensoris (seperti panas dan cahaya) dan perubahan mekanisme dan kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.
2.      Untuk mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,sebagian terbesar fungsi tubuh,terutama kegiatan motoris, visceral,endokrin dan mentalf motoric
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas,artinya sel dapat menanggapi (merspon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukan respon apabila padanya diberi rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot .respon yang ditunjukan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan resfon yang pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa implus. Adanya respon sel saraf hanya dapat di amati pada efektornya.

V.              Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :


VI.                 Langkah Kerja
1.      Katak normal
a.       Peganglah katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan genggamlah kedua kaki belakangnya,kemudian dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata. Amatilah refleks yang terjadi.
b.      Sentuhlah pada bagian nares eksterna pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna tersebut.
c.       Usaplah bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan pada anggota badan anterior.
d.      Goreslah atau sentulah bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi atau tidak berbunyi.
e.       Peganglah kedua kaki depannya dan biarkan kedua kaki belakang bebas,kemudian teteskan larutan HNO3 pekat dan larutan H2SO4   (1%, 3%, 5%) dari konsentrasi terlemah hingga terkuat pada punggungnya. Amati apa yang terjadi?
f.       Lakukan lah sumasi rangsangan kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi.
2.      Katak yang telah didekapitasi
a.       Masukanlah gunting bedah kedalam mulut katak dan angkat kepalanya, kemudian guntinglah di bawah membran timpani.
b.      Menutup ujung potongan tersebut dengan kapas yang sudah di tetesi larutan fisiologis NaCl 0,6%, lalu gantunglah katak pada statif deengan mengikat rahang bawahnya.
c.       Setelah katak siuman masukan katak tersebut ke aquarium, perhatikan gerakannya.
d.      Kemudian lentangkan katak pada bak bedak, perhatikan kata berusaha untuk membalikan badannya atau tidak.
e.       Selanjutnya letakkan katak tadi pada bidang miring mengarah kebawah bidang tersebut,perhatikan geraknya.
f.       Gantunglah katak tersebut pada bagian rahang bawahnya
g.      Lakukan sumasi dengan rangsang zat-zat kimia seperti berikut :
·         Larutan H2SO4   (1%, 3%, 5%)
Tetesi ujung jari kaki katak pada larutan yang terlemah hingga terkuat, ulangi beberapa kali sampai adanya respon.
h.      Sentuhlah jari kaki belakang dan jari kaki depan dengan benda panas yang di panaskan menggunakan spirtus, perhatikan reaksinya.
i.        Sentuh pula bagian ventral atau perutnya dengan benda panas, amati bagaimana reaksinya.

VII.              Hasil Pengamatan
1.      Katak Normal
Jenis Rangsang
Tanggapan yang diberikan oleh katak
Keterangan
Sentuhan sonde pada daerah mata
Kelopak mata mengedip, nares eksterna menutup dan membuka
Respon cepat
Sentuhan nares eksterna
Nares eksterna menutup dan membuka
-
Sentuhan submandibular (bagian tenggorokan) sampai bagian ventral (perut)
Tidak ada respon dan katak tidak mengeluarkan suara
-
Sentuhan pada bagian lateral atau dorsal tubuh katak
Tidak ada respon
-
Tetesan HNO3 pekat pada bagian dorsal (punggung)
Anggota badan posterior bergerak, mata mengedip, dan bagian mandibular mengembung dan mengempis
Respon cepat
Tetesan H2SO4 1% pada bagian dorsal (punggung)
Anggota badan posterior bergerak
Respon lambat, selang beberapa detik setelah ditetesi katak baru memberikan respon
Tetesan H2SO4 3% pada bagian dorsal (punggung)
Anggota badan posterior bergerak
Respon cepat
Tetesan H2SO4 5% pada bagian dorsal (punggung)
Anggota badan posterior bergerak
Respon lambat, selang beberapa detik setelah ditetesi katak baru memberikan respon

2.      Katak yang telah didekapitasi
Jenis Rangsang
Tanggapan yang diberikan oleh katak
Keterangan
Di dalam akuarium
Tidak bergerak dan mengapung
-
Kondisi tubuh terlentang pada bak bedah
Tidak bergerak dan tidak berusaha untuk membalikkan badan
-
Pada bidang miring dengan mengarah ke bawah bidang
Tidak bergerak
-
Celupan ujung jari katak pada larutan H2SO4 1%
Kaki katak bagian kanan bergerak dan jari meronta ke atas
Respon lambat. Pada celupan kedua katak baru memberikan respon.
Celupan ujung jari katak pada larutan H2SO4 3%
·    Kaki katak bagian kiri bergerak (jari kaki yang sebelumnya belum dicelupkan)
·    Sedangkan, pada jari kaki bagian kanan yang sudah dicelupkan larutan sebelumnya (H2SO4 1%) tidak bergerak
Respon cepat
Celupan ujung jari katak pada larutan H2SO4 5%
·    Celupan pada kaki kiri bergerak
·    Celupan pada kaki kanan bergerak
Respon cepat namun tidak terlalu aktif bergerak
Sentuhan benda panas pada jari kaki belakang
Tidak memberikan respon
-
Sentuhan benda panas pada jari kaki depan
Tidak memberikan respon
-
Sentuhan benda panas pada bagian ventral (perut)
Tidak memberikan respon
-

VIII.           Pembahasan
 Untuk mempelajari refleks normal dan spinal pada katak, pada praktikum ini kami menggunakan katak Rana esculenta yang berjenis kelamin jantan dengan ukuran sedang. Gerak refleks merupakan respon cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (refleks kranial) atau medulla spinalis (refleks spinal). Sebelum dilakukan perlakuan, katak dalam keadaan sadar dan sehat (tidak cacat). Katak normal memiliki keseimbangan tubuh yang baik, gerak spontan, respon berenang dan mengambangnya sangat baik. Secara keseluruhan katak normal ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medulla oblongata (Guyton, 1995) dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil. Sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis.
Setelah diberikan perlakuan, katak normal masih dapat merespon dengan baik meskipun pada beberapa perlakuan tidak memberikan respon apapun. Respon katak yang berikan disebabkan karena katak memiliki sistem saraf yang menghantarkan stimulus (rangsangan) ke otak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Stimulus tersebut datang dari perlakuan-perlakuan yang diberikan.
Sedangkan, pada katak yang telah didekapitasi (dihilangkan tempurung kepala dari badannya) menunjukkan respon yang kurang bagus. Katak didekapitasi tidak berenang dan mengambang ketika dimasukkan ke dalam air. Begitupun ketika dilentangkan, katak didekapitasi tidak berusaha untuk membalikan badannya. Padahal berdasarkan teori, katak masih dapat membalikkan diri karena masih memiliki saraf pada sumsum tulang belakang (spinal cord). Sedangkan gerak refleks terjadi pada sumsum belakang dan bukan pada medulla spinalis. Hal ini terjadi karena pusat keseimbangan tubuh katak telah rusak yaitu terletak pada Cerebellum. pada dasarnya katak didekapitasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis (Thomas, 2000).
Pada perlakuan celupan ujung jari kaki ke dalam larutan H2SO4 katak memberikan respon cukup baik karena sumsum tulang belakang sebagai pusat dari sitem saraf perifer mengandung tali spinal yang dibawa neuron yang selanjutnya menyebabkan gerak refleks. Larutan H2SO4 termasuk ke dalam larutan elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik, sifat hantaran listrik ini dihasilkan oleh adanya partikel bermuatan positif dan partikel bermuatan negative. Larutan H2SO4 bersifat asam pekat, pada praktikum ini berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan gerak refleks (Hilderbrand, 1995). Namun pada pemberian rangsangan berupa panas katak sudah tidak memberikan respon lagi. Hal ini dikarenakan saraf pusat katak benar-benar sudah rusak sehingga tidak memberikan respon yang positif.

X.           Pendalaman
1.      Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsang yang diberikan? Jelaskan jawaban anda!
Jawab :
Masih terjadi respon pada beberapa perlakuan. Hal ini karena gerak refleks selain dapat dikendalikan oleh otak tetapi dapat dikendalikan pula oleh medulla spinalis (sumsum tulang belakang)
2.      Apakah yang dimaksud dengan refleks? Jelaskan bagaimana mekanismenya!
Jawab :
Refleks adalah gerakan spontan dari setiap organ atau bagian tubuh yang telah menerima stimulus. Ini terjadi tanpa kesadaran apapun dan langsung. Refleks melindungi tubuh dari bahaya.
Mekanisme gerak refleks :
Rangsang – reseptor – saraf sensorik – saraf penghubung – sumsum tulang belakang – saraf penghubung – saraf motorik – otot – gerak

XI.              Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gerak refleks merupakan gerakan yang tidak disadari dan timbul karena adanya rangsangan sebagai pertahanan tubuh. Katak normal menunjukkan respon yang positif terhadap rangsangan sedangkan pada katak yang telah didekapitasi memberikan respon yang positif namun kurang dan lambat. Hal ini disebabkan karena masih aktifnya refleks spinal sehingga katak masih mampu memberikan respon.

DAFTAR PUSTAKA
www.luqmanmaniabgt.blogspot.co.id/2012/07/refleks-spinal-pada-katak.html?m=1


LAMPIRAN

                         
  
                      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LAPORAN KULIAH LAPANGAN FISIOLOGI HEWAN (KONTRAKSI OTOT JANTUNG)

KONTRAKSI OTOT JANTUNG LAPORAN KULIAH LAPANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang di...