SISTEM SARAF PADA KATAK
LAPORAN KULIAH LAPANGAN
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang
diampu oleh Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun
oleh :
KELOMPOK
5
Ilham Nurdiansyah 15543001
Arin Sri Nursifa 15543002
Santi Suminar 15543006
Nurhadiani 15543009
Melisa Nursuciani 15544013
Neng Siti Khotimah J. 15544016
Kelas
3 – B
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU TERAPAN
INSTITUT PENDIDIKAN IDONESIA (IPI)
GARUT
2018
I.
Judul Praktikum
Sistem Saraf
pada Katak Rana esculenta
II.
Pelaksanaan Praktikum
Hari/Tanggal : Senin/15 Januari
2018
Waktu : 11:00 s.d. 13:25 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi Hewan
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
III.
Tujuan
Mempelajari refleks normal dan spinal
pada katak Rana esculenta
IV.
Dasar Teori
Tiap
bagian susunan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang
(fasilitasi) atau menghambat (inhibisi) bagian-bagian tertentu dari otak dan
selanjutnya mengamati reaksi-reaksi yang timbul,dapat diambil kesimpulan yang
tepat mengenai fungsi bagian-bagian tersebut. Apabila bagian tubuh dirangsang,
maka bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi
dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu
reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui
beberapa saraf asesoris menuju kebeberapa saraf eferen dan lebih dari satu
efektor. Jadi apabila saraf aferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan
serempak bereaksi.
Lintasan
implus saraf dari reseptor sampai efektor disebut lengkung reflex. Apabila
suatu saraf diberi rangsangan , maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah
energy rangsangan menjadi energy elektrokimia impuls saraf yang akan
dirambatkan impuls saraf ini tidak di amatai dengan mata seperti kontaksi otot
(Nukmal, Nismah, 2012:14). Saraf spinal timbul dari saraf tunjang sebagai
sebuah akar dorsal dan ventral yang kemudian bersatu membantu saraf spinal dan
akar dorsal ini terutama sensori, Sedangkan akar ventral motoris,tidak jauh
sesudah munculnya kanalis vertebralis, setiap saraf spinal sekurang-kurangnyha
akan pecah menjadi dua cabang. Sebuah rumus dorsal mensuplai otot efaksial dan
kulit punggung. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi
yang mengotrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti
denyutan jantung, gerakan peristaltic dan berkeringat. Dibangun oleh neuron
motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom
terdiri atas neuron postganglionic yang menuju ke efektoknya.
Sel
saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor. Hal ini disebabkan
karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf ke sel sara reflekasi
terjadi lewat suatu lintasan tertentu disebut lengkung reflex,dengan komponen
reseptor,neuron sensorik,neuron penghubung (didalam otak dan medulla spinalis),
neuron motoric dan efektor . sebagian besar merupakan reflek yang rumit,
melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.
Fungsi
utama sistem saraf adalah :
1. Untuk
mendeteksi, menganalisa, menggunakan,dan menghantarkan semua informasi yang
ditumbulkan oleh rangsangan sensoris (seperti panas dan cahaya) dan perubahan
mekanisme dan kimia yang terjadi di dalam lingkungan internal dan eksternal.
2. Untuk
mengorganisir dan mengatur, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung,sebagian terbesar fungsi tubuh,terutama kegiatan motoris,
visceral,endokrin dan mentalf motoric
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat
iritabilitas,artinya sel dapat menanggapi (merspon) rangsangan yang sampai
kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel
saraf. Sel otot akan menunjukan respon apabila padanya diberi rangsangan lewat
saraf atau langsung pada otot .respon yang ditunjukan oleh sel otot umumnya
berupa kontraksi otot, sedangkan resfon yang pada sel saraf tidak dapat
diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian
dirambatkan berupa implus. Adanya respon sel saraf hanya dapat di amati pada
efektornya.
V.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum ini sebagai berikut :
VI.
Langkah Kerja
1. Katak
normal
a.
Peganglah katak yang
masih hidup dengan tangan kiri dan genggamlah kedua kaki belakangnya,kemudian
dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata. Amatilah refleks yang
terjadi.
b.
Sentuhlah pada bagian
nares eksterna pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna
tersebut.
c.
Usaplah bagian
tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan pada anggota badan
anterior.
d.
Goreslah atau sentulah
bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi atau
tidak berbunyi.
e.
Peganglah kedua kaki
depannya dan biarkan kedua kaki belakang bebas,kemudian teteskan larutan HNO3
pekat dan larutan H2SO4
(1%, 3%, 5%) dari konsentrasi terlemah hingga terkuat pada
punggungnya. Amati apa yang terjadi?
f.
Lakukan lah sumasi
rangsangan kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi.
2. Katak
yang telah didekapitasi
a. Masukanlah
gunting bedah kedalam mulut katak dan angkat kepalanya, kemudian guntinglah di
bawah membran timpani.
b. Menutup
ujung potongan tersebut dengan kapas yang sudah di tetesi larutan fisiologis
NaCl 0,6%, lalu gantunglah katak pada statif deengan mengikat rahang bawahnya.
c. Setelah
katak siuman masukan katak tersebut ke aquarium, perhatikan gerakannya.
d. Kemudian
lentangkan katak pada bak bedak, perhatikan kata berusaha untuk membalikan
badannya atau tidak.
e. Selanjutnya
letakkan katak tadi pada bidang miring mengarah kebawah bidang
tersebut,perhatikan geraknya.
f. Gantunglah
katak tersebut pada bagian rahang bawahnya
g. Lakukan
sumasi dengan rangsang zat-zat kimia seperti berikut :
·
Larutan H2SO4 (1%, 3%, 5%)
Tetesi
ujung jari kaki katak pada larutan yang terlemah hingga terkuat, ulangi
beberapa kali sampai adanya respon.
h. Sentuhlah
jari kaki belakang dan jari kaki depan dengan benda panas yang di panaskan
menggunakan spirtus, perhatikan reaksinya.
i.
Sentuh pula bagian
ventral atau perutnya dengan benda panas, amati bagaimana reaksinya.
VII.
Hasil Pengamatan
1.
Katak
Normal
Jenis Rangsang
|
Tanggapan yang diberikan oleh
katak
|
Keterangan
|
Sentuhan sonde pada
daerah mata
|
Kelopak mata
mengedip, nares eksterna menutup dan membuka
|
Respon
cepat
|
Sentuhan nares
eksterna
|
Nares eksterna
menutup dan membuka
|
-
|
Sentuhan
submandibular (bagian tenggorokan) sampai bagian ventral (perut)
|
Tidak ada respon dan
katak tidak mengeluarkan suara
|
-
|
Sentuhan pada bagian
lateral atau dorsal tubuh katak
|
Tidak ada respon
|
-
|
Tetesan HNO3
pekat pada bagian dorsal (punggung)
|
Anggota badan
posterior bergerak, mata mengedip, dan bagian mandibular mengembung dan
mengempis
|
Respon
cepat
|
Tetesan H2SO4
1% pada bagian dorsal (punggung)
|
Anggota badan
posterior bergerak
|
Respon lambat, selang
beberapa detik setelah ditetesi katak baru memberikan respon
|
Tetesan H2SO4
3% pada bagian dorsal (punggung)
|
Anggota badan
posterior bergerak
|
Respon
cepat
|
Tetesan H2SO4
5% pada bagian dorsal (punggung)
|
Anggota badan
posterior bergerak
|
Respon lambat, selang
beberapa detik setelah ditetesi katak baru memberikan respon
|
2.
Katak
yang telah didekapitasi
Jenis Rangsang
|
Tanggapan yang diberikan oleh
katak
|
Keterangan
|
Di dalam akuarium
|
Tidak bergerak dan
mengapung
|
-
|
Kondisi tubuh
terlentang pada bak bedah
|
Tidak bergerak dan
tidak berusaha untuk membalikkan badan
|
-
|
Pada bidang miring
dengan mengarah ke bawah bidang
|
Tidak bergerak
|
-
|
Celupan ujung jari
katak pada larutan H2SO4 1%
|
Kaki katak bagian
kanan bergerak dan jari meronta ke atas
|
Respon lambat. Pada
celupan kedua katak baru memberikan respon.
|
Celupan ujung jari
katak pada larutan H2SO4 3%
|
·
Kaki
katak bagian kiri bergerak (jari kaki yang sebelumnya belum dicelupkan)
·
Sedangkan,
pada jari kaki bagian kanan yang sudah dicelupkan larutan sebelumnya (H2SO4
1%) tidak bergerak
|
Respon
cepat
|
Celupan ujung jari
katak pada larutan H2SO4 5%
|
·
Celupan
pada kaki kiri bergerak
·
Celupan
pada kaki kanan bergerak
|
Respon cepat namun
tidak terlalu aktif bergerak
|
Sentuhan benda panas
pada jari kaki belakang
|
Tidak memberikan
respon
|
-
|
Sentuhan benda panas
pada jari kaki depan
|
Tidak memberikan
respon
|
-
|
Sentuhan benda panas
pada bagian ventral (perut)
|
Tidak memberikan
respon
|
-
|
VIII.
Pembahasan
Untuk
mempelajari refleks normal dan spinal pada katak, pada praktikum ini kami
menggunakan katak Rana esculenta yang
berjenis kelamin jantan dengan ukuran sedang. Gerak refleks merupakan respon
cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun eksterna.
Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak (refleks kranial) atau
medulla spinalis (refleks spinal). Sebelum dilakukan perlakuan, katak dalam
keadaan sadar dan sehat (tidak cacat). Katak normal memiliki keseimbangan tubuh
yang baik, gerak spontan, respon berenang dan mengambangnya sangat baik. Secara
keseluruhan katak normal ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar
sangat bagus. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medulla oblongata
(Guyton, 1995) dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil.
Sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis.
Setelah diberikan perlakuan, katak normal masih
dapat merespon dengan baik meskipun pada beberapa perlakuan tidak memberikan
respon apapun. Respon katak yang berikan disebabkan karena katak memiliki
sistem saraf yang menghantarkan stimulus (rangsangan) ke otak hingga
menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah
potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Stimulus tersebut
datang dari perlakuan-perlakuan yang diberikan.
Sedangkan, pada katak yang telah didekapitasi
(dihilangkan tempurung kepala dari badannya) menunjukkan respon yang kurang
bagus. Katak didekapitasi tidak berenang dan mengambang ketika dimasukkan ke
dalam air. Begitupun ketika dilentangkan, katak didekapitasi tidak berusaha untuk
membalikan badannya. Padahal berdasarkan teori, katak masih dapat membalikkan
diri karena masih memiliki saraf pada sumsum tulang belakang (spinal cord).
Sedangkan gerak refleks terjadi pada sumsum belakang dan bukan pada medulla
spinalis. Hal ini terjadi karena pusat keseimbangan tubuh katak telah rusak yaitu
terletak pada Cerebellum. pada dasarnya katak didekapitasi masih memiliki
tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya
dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis (Thomas, 2000).
Pada perlakuan celupan ujung jari kaki ke dalam
larutan H2SO4 katak memberikan respon cukup baik karena
sumsum tulang belakang sebagai pusat dari sitem saraf perifer mengandung tali
spinal yang dibawa neuron yang selanjutnya menyebabkan gerak refleks. Larutan H2SO4
termasuk ke dalam larutan elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik,
sifat hantaran listrik ini dihasilkan oleh adanya partikel bermuatan positif
dan partikel bermuatan negative. Larutan H2SO4 bersifat
asam pekat, pada praktikum ini berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi
sehingga menimbulkan gerak refleks (Hilderbrand, 1995). Namun pada pemberian
rangsangan berupa panas katak sudah tidak memberikan respon lagi. Hal ini
dikarenakan saraf pusat katak benar-benar sudah rusak sehingga tidak memberikan
respon yang positif.
X.
Pendalaman
1.
Pada
katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsang
yang diberikan? Jelaskan jawaban anda!
Jawab
:
Masih
terjadi respon pada beberapa perlakuan. Hal ini karena gerak refleks selain
dapat dikendalikan oleh otak tetapi dapat dikendalikan pula oleh medulla
spinalis (sumsum tulang belakang)
2.
Apakah
yang dimaksud dengan refleks? Jelaskan bagaimana mekanismenya!
Jawab
:
Refleks
adalah gerakan spontan dari setiap organ atau bagian tubuh yang telah menerima
stimulus. Ini terjadi tanpa kesadaran apapun dan langsung. Refleks melindungi
tubuh dari bahaya.
Mekanisme
gerak refleks :
Rangsang
– reseptor – saraf sensorik – saraf penghubung – sumsum tulang belakang – saraf
penghubung – saraf motorik – otot – gerak
XI.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa gerak refleks merupakan gerakan yang tidak disadari dan
timbul karena adanya rangsangan sebagai pertahanan tubuh. Katak normal
menunjukkan respon yang positif terhadap rangsangan sedangkan pada katak yang
telah didekapitasi memberikan respon yang positif namun kurang dan lambat. Hal
ini disebabkan karena masih aktifnya refleks spinal sehingga katak masih mampu
memberikan respon.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar